Motivasi Menulis

Menjaga Akal Dengan Ilmu



Setiap makhluk mempunyai rasa ingin tahu (kuriositas). Misalnya pada harimau yang ingin tahu tempat lain untuk memeroleh makanan, atau manusia yang bertanya-tanya mengenai asal usul dirinya sendiri.

Perlu diketahui bahwa rasa ingin tahu atau kuriositas hewan itu didorong oleh naluri (Instinct) yang oleh Asimov (1992) disebut idle curiosity. Naluri yang bertujuan mempertahankan kelestarian hidup dan sifatnya tetap sepanjang zaman.

Sedangkan, rasa ingin tahu manusia itu tercipta oleh naluri dan akal yang sifatnya dinamis (tidak tetap sepanjang masa), sehingga rasa ingin tahu manusia harus segera terjawab dan tidak bisa dipuaskan. Maha Suci Allah yang telah menciptakan perbedaan. Maka dari itu, perlulah kita menjaga akal. Tetapi, apa itu akal? Dan bagaimana kita menjaga akalnya?

Akal merupakan anugerah terbesar yang Allah berikan kepada umat manusia. Dengan akal, kedudukan manusia lebih mulia daripada binatang. Oleh karena itu, jika akal seseorang hilang, maka keadaannya tidak jauh berbeda dengan binatang. Semua orang pun sepakat tentang pentingnya menjaga akal dari segala perusaknya. Bahkan semua syari’at yang pernah Allah turunkan pun menyeru untuk menjaga keselamatan akal.

Imam Al-Ghazali dalam karyanya Syifa’ul Ghalil hal. 80 mengatakan, terpeliharanya akal adalah bagian dari tujuan syari’at. Karena akal adalah alat untuk memahami, untuk menyampaikan amanat. Lebih dari itu, akal membuat seseorang cukup dianggap mukallaf (orang yang dibebani hukum agama, cirinya baligh, berakal sehat dan dapat membedakan yang benar dan salah) atau tidak.

Mengingat menjaga akal itu sangat penting, Allah dan Rasul-Nya pun mewajibkan kepada setiap hamba untuk mencari ilmu dan mempelajarinya agar akal mereka terpelihara dari berbagai kerusakan. Rasulullah saw. bersabda:

طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Mencari Ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.
(Sunan Ibnu Majah dalam kitab al-Muqaddimah bab fadhlul-‘ulama wal-hatsts ‘alat-tholabil-‘ilm. Syaikh al-Albani menilainya Shahih dalam Kitab Shahih wa Dhaif Jami’us-Shaghir no 7360)

Ilmu berasal dari kata ‘alima (Bahasa Arab) yang berarti mengetahui. Maksudnya, apa yang diketahui oleh manusia. Sedangkan menurut Aiding, ilmu itu ialah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Pengetahuan itu sendiri berarti isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia menjadi tahu.

Sedangkan dalam fath al-Bari, Ibnu Hajar mengutip perkataan Ibnu Arabi bahwa dirinya membantah siapapun yang berusaha mendefiniskan ilmu, dikatakannya “Ilmu lebih jelas daripada upaya menjelaskannya.” Menurut Ibnu Hajar, ini merupakan metode Al-Ghazali dan gurunya yang berpendapat bahwa ilmu tidak dapat didefinisikan karena kejelasannya yang tidak membutuhkan penjelasan.

Selain ilmu itu dapat memelihara kerusakan akal. Ternyata banyak sekali keutamaan dari ilmu. Di antara keutamaan orang menuntut ilmu:

فَتَعَالَى اللهُ اْلَملِكُ اْلحَقُّ وَلَا تَجْعَلْ بِاْلقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ, وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Q.s Thaha [20]: 114)

1. Dimudahkan jalan ke surga

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid {rumah Allah} untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka dalam kelompok orang-orang yang ada di sisi-Nya. Barang siapa enggan untuk menolong, maka kerabatnya akan enggan untuk menolongnya." (H.R Muslim)

2. Al-Quran menegaskan sangat berbeda antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ اَّليْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ , قُلْ هَلْ يَسْتَوِى اَّلذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ, إُنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ

(apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (Q.s Az-Zumar [39]: 9)

3. Orang berilmu mempunyai derajat yang sangat terhormat

يَآيُّهَا اَّلذِيْنَ ءَامَنُوْا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِى الْمَجَالِسٍ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ, وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا اْلعِلْمَ دَرَجَاتٍ, وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيْرٌ

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.s Al-Mujadilah [58]: 11)

Ketinggian derajat ilmu menunjukkan keutamaannya. Maksudnya adalah banyaknya pahala, yang akan mengangkat derajat seseorang.

Begitu indah apabila menghiasi akal dengan ilmu, selain terpelihara dari kerusakan, pun kita akan dapatkan keutamaan-keutamaan yang sangat dahsyat. Wallahu a'lam.







Labels: Opini

Thanks for reading Menjaga Akal Dengan Ilmu. Please share...!

0 Comment for "Menjaga Akal Dengan Ilmu"

Back To Top