Motivasi Menulis

Maulid Nabi Dalam Tinjauan Islam


Ramai pemberitaan tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, ada yang mengadakan tabligh akbar, shalawatan, bahkan libur panjang. Seperti yang dilansir Republik.co.id (12/11), di sejumlah negara Teluk memeringati Maulid Nabi dengan menetapkan hari libur selama beberapa hari.

Begitu antusias masyarakat menyambut bahkan memeringati Maulid Nabi. Sebenarnya, apa itu Maulid Nabi? Bagaimana sejarah Maulid Nabi? Dan bagaimana tinjauan Islam mengenai Maulid Nabi?

InsyaAllah, tulisan ini akan mengupas mengenai hal tersebut.

Pengertian Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad saw. atau biasa disebut dengan muludan merupakan hari perayaan kelahiran Nabi, jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal (versi Sunni), adapun maulid versi Syiah jatuh pada tanggal 17 Rabiul Awwal bertepatan dengan hari lahirnya Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq. Maulid atau milad berasal dari bahasa Arab yang berarti hari lahir.

Untuk memeringati hari lahirnya Nabi, biasanya dibacakannya ayat-ayat Quran, shalawat dan puja-puji pada Nabi secara berjamaah dengan maksud mengagungkan martabat Nabi Muhammad.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad

Ada beberapa versi yang mengungkapkan asal mula adanya maulid ini, di antaranya:

1. Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Peringatan Maulid Nabi pertama kali digelar pada abad ke-8 M, pada masa Harun ar-Rasyid (Khalifah kelima Dinasti Abbasiyyah). Peringatan ini terjadi saat Al-Khayzuan ibnu Harun ar-Rasyid mengubah rumah kelahiran Nabi menjadi sebuah masjid.

2. Pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyyah

Pelopor peingatan Maulid Nabi pada masa ini adalah:

a. Abu Said Al-Qakburi (Gubernur Irak, 1138-1193)

b. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi

Salahuddin merupakan panglima Islam yang gigih menyelenggarakan Maulid Nabi dari tahun ke tahun pada masanya. Tujuan diasakannya Maulid ini, karena Sang Panglima ini berpendapat bisa meningkatkan semangat juang kaum Muslimin yang kala itu sedang menghadapi Perang Salib dalam memerebutkan kota Yerussalem.

Saat itu, motivasi umat Islam sangat menurut, sementara motivasi pasukan Salib (Kristen) meningkat. Hal ini tentu tidak kondusif bagi pasukan Islam sehingga Salahuddin merasa perlu membangkitkan kembali dengan mengadakan peringatan hari lahir Nabi, sebagaimana umat Kristen dengan perayaan Natalnya.

Kristen dengan Natalnya, mengisahkan keagungan Yesus, maka dalam peringatan Maulid, Salahuddin menggemakan kisah perang yang dilakukan Nabi Muhammad saw.

Islam Memandang Maulid Nabi

Maulid Nabi kini telah berubah, yang dibacakan pada acara peringatan Maulid bukan lagi kisah perang, melainkan kisah lahir dan hidup sang Nabi saw. Kisah perang tampaknya dianggap tak lagi relevan.

Meskipun tak ada lagi perang fisik di kalangan umat Islam, tampaknya umat Islam perlu mengkaji tentang kepribadian Nabi dengan maksud perang melawan hawa nafsu.

Namun, pengkajian tersebut tak perlu dilakukan dengan perayaan besar-besaran pada hari tertentu yang dikhususkan. Seperti Maulid yang diadakan zaman sekarang.

Maulid Nabi merupakan tradisi umat Islam. Yang berbahaya di sini ialah, ketika Maulid diagungkan melebihi kewajiban terhadap ibadah lainnya, seperti sholat, zakat, shaum.

Padahal bila kita tinjau, Maulid ada persamaannya dengan Natal, yakni sama-sama memeringati hari kelahiran. Sedangkan dalam suatu hadits,

ْمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Dawud no. 431)

Mudah-mudahan kita terhindar dari meniru gaya orang kafir (tasyabbuh). Karena menurut Ibnu Taimiyyah, tasyabbuh itu sangat dilarang secara lahiriyyah, "Keserupaan dalam perkara lahiriyyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabuh dengan orang kafir." (Majmu' Al-Fatawa, 22:154)

Demikian kilasan mengenai maulid Nabi. Mudah-mudahan bermanfaat.
Wallahu a'lam.
Labels: Opini

Thanks for reading Maulid Nabi Dalam Tinjauan Islam. Please share...!

0 Comment for "Maulid Nabi Dalam Tinjauan Islam"

Back To Top