Tanggal 25 Desember dikenal dengan Hari Raya umat Nasrani (Hari Natal) dilanjutkan dengan perayaan tahun baru masehi. Banyak orang yang mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru demi menjaga tolerasi antar-umat beragama. Lalu, bolehkah dalam Islam mengucapkan Selamat Natal dan merayakan Tahun Baru?
Natal berasal dari bahasa Portugis, yang berarti kelahiran. Natal diyakini sebagai hari lahirnya Tuhan Yesus Kristus yang diperingati setiap tahun. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember dan kebaktian pagi pada tanggal 25 Desember.
Ada beberapa pendapat mengenai pengucapan "Selamat Natal":
1. Yang membolehkan dengan alasan toleransi (terlebih apabila ada hubungan khusus, semisal keluarga, teman, dll).
Ulama yang membolehkan, antara lain ialah Ulama Kontemporer, semisal Syeikh Yusuf Al-Qardhawi.
2. Yang mengharamkan dengan alasan telah masuk ke ranah Aqidah (Tasyabbuh).
Tasyabbuh ialah kegiatan menyerupai suatu kaum, dan ini dilarang.
Natal berasal dari bahasa Portugis, yang berarti kelahiran. Natal diyakini sebagai hari lahirnya Tuhan Yesus Kristus yang diperingati setiap tahun. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember dan kebaktian pagi pada tanggal 25 Desember.
Ada beberapa pendapat mengenai pengucapan "Selamat Natal":
1. Yang membolehkan dengan alasan toleransi (terlebih apabila ada hubungan khusus, semisal keluarga, teman, dll).
Ulama yang membolehkan, antara lain ialah Ulama Kontemporer, semisal Syeikh Yusuf Al-Qardhawi.
2. Yang mengharamkan dengan alasan telah masuk ke ranah Aqidah (Tasyabbuh).
Tasyabbuh ialah kegiatan menyerupai suatu kaum, dan ini dilarang.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum mereka. (HR Abu Dawud)
Pendapat ini seperti diungkapkan oleh Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim, dan para pengikutnya.
Soal perayaan tahun baru, tahun baru identik dengan peniupan terompet seperti yang dilakukan kaum Yahudi, dan juga menyalakan kembang api seperti yang dilakukan kaum Majusi dalam peribadatannya.
Alangkah lebih baik jika kita menghindari hal-hal yang syubhat untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan. Seperti halnya mengucapkan "Selamat Natal dan ikut merayatakn Tahun Baru", karena dikhawatirkan adanya pencampuran aqidah (tasyabbuh), maka lebih baik tidak usah diamalkan.
Mari, hindari tasyabbuh untuk kemaslahatan bersama, dengan tidak mengucapkan Selamat Natal dan mengikuti perayaan tahun baru. Wallahu a'lam.
Labels:
Opini
Thanks for reading Mari Hindari Tasyabbuh!. Please share...!
0 Comment for "Mari Hindari Tasyabbuh!"